Cast :
? Kim Woo Bin
? Park Hye Rin
? Choi Seung Hyun a.k.a T.O.P
? Kang Se Ra
? Etc
Genre : Romance
Kabar pernyataan cinta Se Ra yang ditolak Woo Binpun beredar cepat di seluruh penjuru kelas membuat yeoja yang mengagumi Woo Bin semakin menciut nyalinya. Se Ra yang cantik, pintar dan seorang model saja ditolak olehnya apalagi yang lain dengan standar di bawah Se Ra.
~~~~~
@Conna Beans
Hye Rin duduk termangu menatap kursi di hadapannya. Ia membayangkan seseorang duduk di kursi itu seperti dulu. Seung Hyunlah yang biasanya duduk di situ sembari tersenyum dan menikmati kopinya. Hye Rin menghela nafas.
Woo Bin meletakkan ranselnya di kursi di hadapan Hye Rin dan langsung duduk di sana tanpa dipersilakan. Hye Rin terbelalak pergi.
“ Pergilah jangan menggangguku,” ucap Hye Rin kesal.
“ Kita harus bicara,” jawab Woo Bin menatap Hye Rin serius. “ Aku ingin minta maaf tentang kejadian kemarin. Jeongmal mianhae.” Woo Bin menunduk penuh penyesalan. Hye Rin menatap Woo Bin dan semakin kesal karena mendapati permintaan maaf Woo Bin terlihat tulus.
“ Lupakan saja lagipula aku tak ingin mengingatnya. Kalau sudah selesai bicara pergilah,” usir Hye Rin. Woo Bin mengambil sesuatu dari dalam ranselnya. Ia meletakkan sebuah bingkisan di hadapan Hye Rin.
“ Apa ini?”
“ Hanya sekadar tanda permintaan maaf. Aku harap kau mau menerimanya.” Hye Rin menatap bingkisan itu lama. Ia berniat mengembalikan bingkisan itu tetapi Woo Bin sudah beranjak pergi.
Hye Rin mengambil bingkisan itu dan membukanya. Ia mendapati sebuah bandana dengan hiasan kepala teddy di salah satu sisinya. Bandana itu terlihat familiar baginya. Ia mengamatinya berulang kali kemudian ia menyadari sesuatu. Hye Rin berdiri kaget. Ia segera berlari keluar kafe dengan tergesa-gesa dan mencari-cari sosok Woo Bin. Namun Hye Rin tak menemukannya. Hye Rin menatap bandana itu dengan tatapan sedih.
Baboya, kenapa kau tak mengatakannya dari awal. Woo Bin-ah, mianhae, batin Hye Rin menggenggam erat bandana itu.
@Sekolah
Hye Rin tengah mencari-cari Woo Bin. Ia tak bisa menemukan Woo Bin dimanapun. Di kelas, di perpustakaan, ruang musik, kantin, lapangan basket bahkan di aula. Ia baru tahu dari teman sekelas Woo Bin jika hari ini ia tak berangkat. Hye Rin terlihat lelah. Ia mengambil bandana yang kemarin diberi Woo Bin dari dalam tasnya dan menatapnya lekat-lekat.
@Rumah Seung Hyun
Hye Rin mendatangi rumah Seung Hyun. sebenarnya berat baginya melangkahkan kaki ke rumah itu karena luka yang dibuat Seung Hyun belum sembuh. Rumah itu mengingatkannya pada luka itu, tapi ia harus menemui Woo Bin. Berulang kali Hye Rin membunyikan bel dan mengetuk pitnu sama sekali tak ada jawaban. Rumah itu terlihat sangat sepi dengan seluruh jendelanya yang masih tertutup tirai.
“ Woo Bin-ah, odie?,” ucap Hye Rin putus asa.
=====================
@Pantai
Woo Bin duduk di bangku tepian pantai sembari menatap pantai dengan pemandangan senja yang begitu indah. Ia menunduk dan menhela nafas panjang.
“ Ya Woo Bin-ah,” panggil seseorang. Woo Bin menoleh dan melihat Se Ra menatapnya dengan ekspresi kesal. Se Ra menghampiri Woo Bin.
“ Jadi karena Hye Rin, kau menolak cintaku?,” tanya Se Ra nampak benar-benar kesal. Woo Bin menatap Se Ra dalam diam. Se Ra mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menyodorkan sebuah buku bersampul kulit coklat pada Woo Bin. Woo Bin terbelalak kaget.
Woo Bin dan Se Rapun duduk berdua sembari berbicara. Se Ra menceritakan pada Woo Bin bagaimana ia bisa mengetahui Woo Bin menyukai Hye Rin. Dari buku coklat itulah ia mengetahui semua isi hati Woo Bin, buku diari Woo Binlah yang mengungkap rahasia Woo Bin termasuk tentang Hye Rin. Buku itu tertinggal kemarin di ruang musik dan kebetulan Se Ralah yang menemukannya. Se Ra tertawa sinis.
“ Cinta masa kecil? Sungguh konyol, aku dikalahkan oleh cinta masa kecilmu itu,” ucap Se Ra. “ Ya baboya, kenapa kau tak mengatakan saja padanya kalau kau ini teman masa kecilnya? Apa yang kau tunggu?”
“ Tidak semudah itu. Hatinya sudah tertutup untukku, ia masih mencintai namja yang bahkan pernah melukai hatinya.”
“ Kalau begitu jadilah seorang pahlawan yang datang untuk menyembuhkan lukanya,” ucap Se Ra yang gemas.
“ Sudah kulakukan tapi semuanya tak berubah. Hah, aku menyerah. Lagipula aku tidak lama lagi di sini?”
“ Apa maksudmu tidak lama lagi di sini?,” bingung Se Ra.
“ Aku akan segera kembali ke Kanada. Orang tuaku menginginkanku kembali.” Woo Bin menoleh ke arah Se Ra dan tersenyum. Senyum Woo Bin pertama yang dilihat Se Ra.
“ Gomawo karena selama ini kau menjadi teman yang baik dan maaf karena aku tidak bisa membalas perasaanmu.” Se ra terdiam sejenak memandang Woo Bin. Melihat Woo Bin seperti ini membuat segala amarahnya pada Woo Bin yang telah menolaknya hilang sekatika. Ia justru merasa kasihan karena Woo Bin harus kembali ke negara asal ayahnya tanpa hasil.
“ Woo Bin-ah haruskah aku membantumu?”
“ Tidak perlu, aku sudah memutuskan untuk menghentikan pencarian ini. Mungkin seperti ini akan lebih baik. Se Ra-ah gomawo.” Woo Bin menepuk pundak Se Ra lembut.
@Kelas 2.3
Hye Rin duduk lemas di bangkunya. Ia sama sekali tak bisa menghubungi Woo Bin padahal ia ingin sekali menemuinya. Hye Rin membaringkan kepalanya di meja. Tak beberapa lama kemudian muncul Se Ra dengan berlari terburu-buru.
“ Hye Rina-ah,” teriak Se Ra membuat Hye Rind an seisi kelas kaget. “ Kenapa kau masih di sini?” Hye Rin bingung dengan pertanyaan Se Ra.
“ Wae… waeyo?”
“ Cepatlah ke bandara.”
“ Bandara?”
“ Woo Bin akan kembali ke Kanada.” Hye Rin terbelalak kaget.
“ Mwo?”
@Bandara
Woo Bin duduk di kursi menatap ke arah landasan pacu. Ia teringat papa kejadian saat Seung Hyun akan ke Amerika. Seung Hyun juga duduk di kursi itu menunggu jadwal penerbangannya. Ia menghela nafas karena menyadari kedatangannya ke Korea rupanya adalah keputusan yan salah tapi ia tak menyesalinya. Karena setidaknya ia berhasil menemukan Hye Rin, cinta masa kecilnya. Ia merasa 2 tahun itu sangat singkat seperti baru kemarin ia keluar dari bandara setelah 6 tahun tinggal di Kanada. Woo Bin bangkit berdiri.
“ WOO BIN-AH!,” panggil Hye Rin yang berdiri tak jauh dari Woo Bin. Woo Bin terlihat kaget. Hye Rin berjalan menghampiri Woo Bin. Ia berusaha mengatur nafasnya setelah berlarian mencari Woo Bin.
“ Hye Rin-ah, kenapa kau ada di sini?”
“ Harusnya aku yang bertanya kenapa kau pergi tanpa pamit?” Woo Bin terdiam.
“ Aku pikir ini bukan sesuatu yang penting. Maaf aku harus pergi sekarang, selamat tinggal,” ucap Woo Bin sembari menunduk. Woo Bin berjalan pergi.
“ Teddy!,” panggil Hye Rin membuat langkah kaki Woo Bin terhenti. Woo Bin menoleh ke arah Hye Rin lagi.
“ Teddy jangan pergi lagi, jebal!” Woo Bin menyadari bahwa Hye Rin sudah mengingat siapa dirinya. Woo Bin, si teman kecil Hye Rin. “ Maaf karena aku terlambat menyadarinya. Harusnya dari awal aku tahu jika itu kau. Woo Bin-ah jangan pergi lagi, jangan pergi seperti dulu.” Woo Bin menatap Hye Rin dalam.
“ Woo Bin-ah, kau pasti kecewa kan? Sebenarnya aku masih menyimpan perasaan itu padamu. Sekalipun aku menyukai orang lain tapi ada sebagian dari hatiku yang tidak bisa melupakanmu bahkan sejak kau pergi waktu itu. Aku selalu menunggumu meskipun kau tak menepati janjimu.” Woo Bin justru tersenyum kecil, melihat senyum itu membuat Hye Rin seperti melihat Woo Bin kecil. Ia baru menyadari bahwa mereka sangat mirip, betapa bodohnya ia.
“ Kenapa kau mengatakan semua ini?”
“ Aku hanya ingin jujur dengan perasaanku.” Kenyataannya memang Hye Rin masih menunggu Woo Bin sejak dulu. Ia masih mengingat Woo Bin dan masih memendam perasaan suka pada Woo Bin kecil.
“ Mianhae Hye Rin-ah. Aku harus tetap kembali.” Senyum Hye Rin seketika hilang. “ Bagiku meskipun terlambat setidaknya aku sudah menepati janjiku untuk kembali. Tapi aku benar-benar tak bisa tetap tinggal di sini. Aku harus kembali. Mianhae.” Woo Bin segera berbalik menuju ke dalam bandara. Panggilan dari pusat suara memberitahukan bahwa pesawat menuju Kanada akan lepas landas 15 menit lagi.
Hye Rin berdiri terpaku menatap kepergian Woo Bin. Perlahan air matanya mengalir. Ia seperti kembali ke 8 tahun silam saat ia melepas kepergian Woo Bin untuk pertama kalinya dan kali ini terulang kembali.
Woo Bin duduk di dalam pesawat sembari menatap ke luar dengan tatapan tak fokus. Ia terinngat ucapan Hye Rin tadi. Kemudia ia membuka ponselnya dan menatap foto Hye Rin kecil yang ia jadikan sebagai wallpaper.
“Woo Bin-ah janji ya, aku akan menunggumu di sekolah… Aku akan menunggumu… Aku akan menunggumu…,” kata-kata it terus terngiang di telinganya. Woo Bin segera membuka kontak di ponselnya.
Hye Rin berdiri di dekat jendela sembari menatap pesawat yang akan segera lepas landas membawa Woo Bin pergi. Tiba-tiba ponsel Hye Rin bergetar. Ia segera mengangkat panggilan masuk.
“ Yeoboseyo.”
“ Apa kau masih sanggup untuk menungguku lagi?” Hye Rin kaget mendengar suara Woo Bin di seberang.
“ Woo Bin-ah.”
“ Jika kau masih sanggup menungguku, maka tunggulah aku. Aku akan kembali lagi, aku berjanji kali ini pasti kutepati,” ucap Woo Bin penuh keyakinan. Hye Rin tersenyum bahagia. Ia menghapus air matanya.
“ Ne, aku akan menunggumu. Aku pasti akan menunggumu.”
“ Gomawo Hye Rin-ah.” Hye Rin mengangguk. Teleponpun ditutup. Dengan senyum mengembang Hye Rin menatap pesawat yang mulai lepas landas.
Woo Bin dapat tersenyum lega mendengar jawaban Hye Rin. Rasanya ia sudah tak sabar untuk kembali bertemu Hye Rin.
Hye Rin-ah tunggu aku, aku benar-benar akan kembali. Kali ini bukan hanya kau yang menunggu, akupun akan menunggu saat dimana kita bisa bertemu lagi. Tunggu aku, batin Woo Bin.
to be continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar