- Kim Woo Bin
- Park Hye Rin
- Choi Seung Hyun a.k.a T.O.P
- Kang Se Ra
- Etc
Genre : Romance
@Kelas 2.1
“ Woo Bin-ah,” panggil Se Ra, teman
sekelas Woo Bin yang terus mengejarnya sejak kelas 1. Woo Bin tak mempedulikan
Se Ra dan duduk di bangkunya. Se Ra menghampiri Woo Bin.
“
Kenapa kau tak mengangkat teleponku semalam? Padahal ada tugas yang ingin aku
tanyakan padamu. Aku…”
“ Tidak bisakah kau diam?,” ucap Woo
Bin dingin memotong ucapan Se Ra.
“ Woo Bin-ah, apa kau sedang
marah?,” tanya Se Ra terlihat khawatir. Woo Bin menatap tajam Se Ra membuat Se
Ra tak berkutik. Woo Bin bangkit dari bangkunya dan pergi tanpa berkata apa-apa
lagi membuat Se Ra agak kesal.
Sampai
kapan dia akan bersikap dingin padaku? Harus bagaimana lagi caraku menunjukkan
padanya bahwa aku menyukainya? Woo Bin-ah, kau menyebalkan, batin Se Ra.
@Rumah
Seung Hyun memasuki rumah dengan
membawa koper besarnya. Ia nampak begtiu lelah setelah melakukan pemotretan
seharian. Ia mendapati sebuah surat di atas meja.
Dari
Choi Min Hyun
Los Angeles,
Amerika
Ia
mengantungi surat itu dan berjalan ke ruang keluarga. Rupanya Woo Bin sedang
nonton tv.
“ Kau menonton tv?,” tanya Seung
Hyun dengan senyum heran. Woo Bin menatap kakak sepupunya itu kemudian
mengangguk.
“ Ne, kau baru pulang hyung?” Seung
Hyun duduk di sofa.
“ Hmmm, sangat melelahkan. Kau sudah
makan malam?”
“ Sudah.”
Seung
Hyun ikut nonton tv tapi pandangannya jatuh pada sebuah tas yang diletakkan di
samping meja.
“ Igeon mwoyeyo?,” tanya Seung Hyun
sembari menunjuk tas itu. Woo Bin ikut menatap tas itu dan teringat akan
permintaan Hye Rin.
“ Itu… Itu bingkisan dari Hye Rin
untukmu.”
“ Jinjja?” Seung Hyun mengambil tas
itu dengan senang dan segera membuka isinya. Dalam tas itu berisi sebuah
sweater tebal berwarna cokelat, warna kesukaan Seung Hyun. Iapun segera mencoba
sweater itu.
“
Wah hangat sekali. Bagaimana menurutmu Woo Bin?” Woo Bin menoleh sekilas
sweater pemberian Hye Rin. “ Bagus kan?”
“ Ne. Hyung aku ke kamar dulu.” Woo
Bin beranjak meninggalkan Seung Hyun yang kelihatan senang mendapat hadiah dari
Hye Rin. Sesekali diliriknya Seung Hyun yang mengenakan sweater itu.
@Kantin sekolah
Hye Rin menikmati istirahatnya
dengan makan siang bersama teman-temannya. Saat asik mengobrol ponselnya
bergetar dan sebuah MMS masuk.
Dari:
My Prince Seung Hyun
Chagiya,
gomawo. Sweaternya sangat bagus dan pas. Aku yakin sweater ini sangat
bermanfaat untuk musim dingin ini. Jaga kesehatanmu ya dan makanlah dengan
teratur. Saranghae.
Hye
Rin tersenyum membaca pesan dari Seung Hyun apalagi saat melihat foto Seung
Hyun yang tersenyum mengenakan sweater pemberiannya.
To:
My Prince Seung Hyun
Cheonma,
senang melihatmu mengenakannya oppa. Kau juga jaga kesehatanmu, makan juga
dengan teratur, jangan lupa untuk terus mengabariku oppa, jika tidak awas
saja…^^ Nado sarangahe, bogoshipda oppa…©©©
Selesai membalas pesan Seung
Hyun, Hye Rin melihat Woo Bin duduk tak jauh dari mejanya sembari membaca buku.
Ia beranjak dan menyambar 1 kotak bekalnya yang belum ia sentuh.
“ Gomawo,” ucap Hye Rin sembari
menyodorkan kotak bekal makan siangnya pada Woo Bin. Woo Bin menatap Hye Rin
yang tiba-tiba muncul. Ia kembali membaca buku.
“ Untuk apa?”
“ Karena kau sudah menyampaikan
titipanku pada Seung Hyun-sshi.” Woo Bin menghela nafas dan menerima kotak
bekal Hye Rin. Hye Rin tersenyum senang.
“
Itu sebagian bekal makan siangku, lain kali aku janji akan mentraktirmu makan
makanan kesukaanmu. Hamboman, gomawo Woo Bin-ah.” Hye Rin menunduk dan berjalan
pergi. Woo Bin menatap kotak bekal itu dan Hye Rin secara bergantian.
Hanya
ini?, batin Woo
Bin.
@Kantor Manajemen
Seung Hyun duduk terdiam sembari
menggenggam selembar kertas. Ia terlihat menerawang dengan ekspresi kaget yang
tak bisa ditutup-tutupi.
“ Kenapa kau terlihat begitu
sedih?,” tanya Goo Jin, manager Seung Hyun.
“ Hyung sepertinya aku harus
berhenti menjadi model,” ucap Seung Hyun spontan.
“ MWO?,” kaget Goo Jin. “ Kau jangan
bercanda, ini sangat tidak lucu.” Seung Hyun menyerahkan kertas yang digenggamnya
pada Goo Jin. Goo Jin segera membaca kertas itu yang rupanya surat dari orang
tua Seung Hyun.
Seung
Hyun, anakku tercinta
Ayah tak tahu harus bagaimana
menyampaikan kabar ini padamu. Ayah tak sanggup mengatakannya langsung padamu,
oleh karena itu ayah kirimkan surat ini.
Ayah dan ibu sangat merindukanmu,
kami selalu berharap bisa kembali ke Korea untuk menemuimu. Tetapi keadaan
bisnis ayah yang semakin tak menentu membuat ayah tak bisa meninggalkan
Amerika. Bisnis ayah terancam bangkrut karena jatuhnya harga saham perusahaan.
Bukan maksud ayah untuk membuatmu ikut terbebani akan masalah ini, tetapi saat ini
hanya kaulah yang mampu menolong ayah.
Seorang teman ayah bersedia
membantu ayah dengan meminjamkan modal pada ayah untuk menyelamatkan perusahaan.
Tetapi modal itu tidak didapat dengan percuma, sebagai imbalannya ia ingin agar
kau mau menikahi anaknya. Ayah tahu kau pasti tak menginginkannya, tetapi tak
ada cara lain lagi nak. Dia satu-satunya orang yang bisa menolong ayah.
Ayah berharap kau mau datang
menyusul ayah dan membantu ayah untuk menyelamatkan perusahaan. Ini tidak hanya
demi ayah, tetapi juga demi ratusan nasib karyawan dalam perusahaan.
Seung Hyun datanglah ke Amerika
bantu ayah mengurus perusahaan yang nantinya juga akan menjadi milikmu. Ayah
sangat mengharapkan kedatanganmu nak, ayah sangat membutuhkanmu. Jebal, ayah
membutuhkanmu.
Choi Min Hyun
“ Kau yakin?,” tanya Goo Jin yang
sama kagetnya membaca surat itu. Seung Hyun terlihat sangat bingung.
“ Entahlah hyung, aku menyayangi
ayah tapi aku juga sulit melepas cita-citaku.” Goo Jin menepuk pundak Seung
Hyun perlahan.
“ Ini pasti sangat berat bagimu. Aku
juga tak tahu bagaimana penyelesaian yang baik tetapi menurutku lebih baik kau
turuti saja kata hatimu. Pasti itu yang terbaik untukmu.” Seung Hyun menatap
Goo Jin dengan wajah lelah dan stress. Seung Hyun benar-benar dihadapkan pada
pilihan yang sulit antara mempertahankan karir yang dibangunnya susah payah
atau menuruti ayahnya sebagai bentuk bakti seorang anak.
@Rumah
Woo Bin sudah siap untuk berangkat les
piano. Ia mengetuk pintu kamar Seung Hyun untuk pamit. Tetapi tak ada jawaban
dari dalam kamar. Woo Binpun membuka pintu kamar Seung Hyun yang rupanya tak
terkunci. Tak ada seorangpun dalam kamar Seung Hyun.
Woo Bin mencari Seung Hyun tetapi ia
justru menemukan 2 buah koper besar di sudut kamar yang begitu berat. Ia baru
menyadari bahwa beberapa barang dalam kamar Seung Hyun tidak ada.
Kamar
ini terasa aneh, kemana barang-barang Seung Hyun hyung?, batin Woo Bin. Ia
melibat paspor Seung Hyun tergeletak di atas meja baca Seung Hyun. Woo Bin
mengambil paspor itu dan di dalamnya terdapat sebuah tiket pesawat.
“ Tiket pesawat? LA? Untuk lusa?,”
bingung Seung Hyun. Tiba-tiba Woo Bin teringat pembicaraannya di telepon dengan
pamannya kemarin malam.
“
Paman berharap Seung Hyun akan segera menyusul. Paman tidak bisa mengurus
perusahaan ini sendiri..” ucap pamannya saat itu. Woo Bin kembali menatap koper
itu dan tiket pesawat secara bergantian.
“
Mungkinkah?,” kaget Woo Bin.
@Rumah Hye Rin
Hye Rin keluar dari rumahnya sembari
menenteng kantung berisi sampah. Ia kaget saat melihat Seung Hyun berdiri tak
jauh dari pintu gerbang rumahnya.
“Oppa,” panggil Hye Rin menghampiri
Seung Hyun. Seung Hyun tersenyum dan melambai pada Hye Rin.
@Conna Beans
Seung Hyun menggenggam cangkir
kopinya dengan tatapan bingung. Ia nampak ragu dan gelisah. Hye Rin
memperhatikan tingkah Seung Hyun yang tidak seperti biasa.
Kenapa
oppa terlihat gelisah? Sebenarnya apa yang ia sembunyikan dariku?, batin Hye
Rin. Hye Rin meraih satu tangan Seung Hyun dan menggengamnya erat membuat Seung
Hyun kaget.
“ Waeyo oppa?,” tanya Hye Rin
penasaran. Seung Hyun semakin tak karuan saat menatap Hye Rin. Ia semakin tak
bisa berbuat apa-apa. Takut, bingung, sedih dan gelisah bercampur menjadi satu.
“
Katakan apa yang sebenarnya kau ingin bicarakan hingga mengajakku kemari?”
Seung Hyun semakin ragu.
“ Chagiya, ah maksudku Hye Rin-ah,”
ucap Seung Hyun kikuk. Hye Rin semakin curiga mendengar Seung Hyun meralat
panggilan Hye Rin. Hye Rin menatap tajam Seung Hyun yang kembali diam.
“ Oppa…”
“ Kita akhiri hubungan ini sampai di
sini,” ucap Seung Hyun cepat, tegas dan tanpa ragu-ragu seakan tiba-tiba
mendapat kekuatan dan keyakinan besar entah darimana. Hye Rin terbelalak kaget.
“ Ha? Apa yang barusan kau katakan
oppa?,” tanya Hye Rin memastikan ucapan Seung Hyun.
“ Kita akhiri hubungan ini sampai di
sini. Kita putus,” ucap Seung Hyun agak lambat dengan penuh penyesalan. Hye Rin
hanya bisa menatap Seung Hyun bingung dengan perasaan tak percaya. Ucapan Seung
Hyun seperti sebuah belati yang menusuk tepat di ulu hatinya.
“ Oppa, ini tidak lucu jangan
bercanda. Kau sedang mengerjaiku kan?” Seung Hyun menggeleng.
“ Ani. Aku serius Hye Rin-ah. Aku
ingin kita putus.” Kalimat itu seperti menjadi petir untuk Hye Rin di siang
bolong. Seluruh tubuhnya seketika lemas.
To be continued ...